Kamis, 05 Mei 2011

Pengelompokan Hama Pada Tanaman


HAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1.      Hama Utama
Ø  Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros)
Klasifikasi:
Kingdom   :Animalia
Filum         :Arthropoda
Kelas         :Insecta
Ordo          :Coleoptera
Famili        :Scarabaeidae
Genus        :Oryctes
Spesies      :Oryctes rhinoceros L.
Gejala serangan: Daun yang belum terbuka dirusak, sehingga pada saat daun membuka, terlihat bekas potongan yang simetris berbentuk segitiga atau seperti huruf V. Akibatnya mahkota daun tampak compang – camping, semrawut dan tidak teratur. Kumbang badak O. rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun muda putus dan membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk. (2003) mengatakan, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kelapa sawit menyebabkan masalah. Hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang menghasilkan. O. rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati.

2.      Hama Kadangkala
Ø  Ulat Api (S. asigna)
Klasifikasi:
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda 
Kelas         : Insecta
Ordo          : Lepidoptera
Famili        : Limacodidae
Genus        : Setothosea
Spesies      : Setothosea asigna

Gejala serangan : Ulat muda (di bawah instar 3) biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari perukaan bawah daun kelapa sawit, serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun. Mulai instar ketiga biasanya ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja Serangan ulat ini biasanya mulai dari pelepah daun yang terletak di strata tengah dari tajuk kelapa sawit ke arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih atas. Tetapi pada serangan yang lebih berat daun yang tua sekalipun dimakan juga oleh S. asigna tersebut. Pada serangan yang berat, semua helaian daun dimakan oleh S. asigna dan hanya tinggal pelepah beserta lidinya saja. Gejala serangan ini sering disebut gejala melidi.

3.      Hama Potensial
Ø  Tikus (Rattus-rattus tiomanicus)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Kelas        : Mamalia
Ordo        : Rodentia
Famili       : Muridae
Genus      : Dandicota rattus
Spesies     : Rattus-rattus tiomanicus

Gejala serangan: Batang kelapa sawit yang di potong uleh kretannya gigi seri tikus tampak tidak luruus, tetapi terlihat miring atau berbentuk sudut 45 derajat sementara itu disekitar batang yang terpotong tersebut berceceran sisa-sisa potongan oleh hewan ini. Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit pada semua stadia pertumbuhan pada kelapa sawit.

4.      Hama Migran
Ø  Gajah (Elephas maximus)
Klasifikasi:
Kerajaan    : Animalia     
Filum         : Chordata
Subfilum   : Vertebrata
Kelas         : Mammalia
Ordo          : Proboscidea
Famili        : Elephantidae
Genus        : Lexodonta dan Elephas
Spesies      : Elephas maximus

Gejala serangan: Gajah merusak tanaman kelapa sawit dengan cara mencabut bonggol dan memakan umbut kelapa sawit. Gajah menjadi hama karena habitatnya sudah terdesak oleh perkebunan kelapa sawit sehingga gajah sering merusak tanaman kelapa sawit di daerah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit pada usia tanaman kurang dari 5 tahun pada saat tanaman masih dapat terjangkau oleh hama ini , pada tanaman yang terserang terlihat adanya sisa-sisa dari makanan dari hama ini.hama ini menyerang tanaman pada daerah titik tumbuh yaitu dengan memakan langsung bagian tengah dari tanaman kelapa sawit sehingga lama ke lamaan tanaman akan mati karena tidak bisa malakukan pertumbuhan dengan baik. Pengendalian gajah termasuk sulit karena hewan ini termasuk yang dilindungi. Pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan membangun parit isolasi sedalam 3 meter dengan lebar 2,5 meter yang mengelilingi kebun, dan membuat kawat beraliran listrik (electric fencing) dengan voltase rendah.








HAMA PADA TANAMAN PADI
1.      Hama Utama
Ø  Penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia   
Filum       :
Arthropoda             
Subfilum  :
Hexapoda
Kelas        :
Insecta       
Ordo        :
Lepidoptera            
Famili       :
Crambidae               
Subfamili :
Schoenobiinae       
Genus      :
Scirpophaga           
Spesies     : Scirpophaga innotata

Gejala serangan: Gejala yang ditemukan sebelum padi berbunga disebut sebagai sundep dan gejala serangan yang dilakukan setelah malai keluar dikenal sebagai beluk.

Ø  Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia   
Filum       :
Arthropoda             
Subfilim   :
Hexapoda
Kelas        :
Insecta       
Ordo        :
Hemiptera
Famili       :
Delphacidae            
Genus      :
Nilaparvata             
Spesies     :
Nilaparvata lugens

Gejala serangan: Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus (terutama reovirus) yang menyebabkan penyakit tungro).
                                               
2.      Hama Kadangkala
Ø  Walang sangit (Leptocorisa acuta)
Klasifikasi:
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda
Kelas         : Insecta
Ordo          : Hemiptera
famili         : Alydidae
Genus        : Leptocorisa
Spesies      : Leptocorisa acuta

Gejala serangan : Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak sempurna, sehingga menyebabkan tanaman kekurangan hara dan menguning (klorosis), dan perlahan-lahan melemah. Penyebaran hama ini cukup luas.

3.      Hama Potensial
Ø  Lembing Hijau (Nezara viridula)
Gejala serangan: Serangannya tidak sampai menghampa padi, tetapi menghasilakan padi berkualitas jelek (goresan-goresan membujur pada kulit gabah dan pecah apabila  dilakukan penggilinga/penumbukan)

4.      Hama Migran
Ø  Ganjur (Pachydiplosis oryzae)
Gejala serangan: Hama ini menempatkan telur-telurnya pada kelopak daun padi, larva bergeak menuju dan memasuki batang-batang padi, daun-daun membentuk kelongsong sehingga padi mati


HAMA PADA TANAMAN CABAI
1.      Hama Utama
Ø  Lalat buah (Dacus ferrugineus Coquillet atau Dacus Dorsalis Hend)
Gejala serangan: Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.

2.      Hama Kadangkala
Ø  Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan: Salah satu gejala awal serangan ulat grayak  ialah daun – daun cabe yang meranggas dan berlubang-lubang.   Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun.  Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja.  Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya produksi buah cabe terhambat dan menurun.

3.      Hama Potensial
Ø  Thrips/kemreki (Thrips parvispinus)
Gejala serangan: Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
4.      Hama Migran
Ø  Kutu daun kapas (Aphis gossypi)
Gejala serangan: Daun yang terserang berubah keriput, pertumbuhan terhambat dan kalau dibiarkan tanaman bisa mati. Kutu dewasa membentuk sayap dan terbang ke tempat lain. Kutu ini menghasilkan embun jelaga berwarna hitam yang mengganggu proses fotosintesis, juga menjadi perantara penyebaran virus.


HAMA PADA TANAMAN SAWI
1.      Hama Utama
Ø  Ulat grayak (Spodoptera litura)
Klasifikasi:
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda
Kelas         : Insecta
Ordo          : Lepidoptera
Famili        : Noctuidae
Genus        : Spodoptera
Spesies      : Spodoptera litura

Gejala serangan: Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman sawi, sehingga daun transparan. Pada serangan berat tinggal tulang daun.

2.      Hama Kadangkala
Ø  Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.)
Klasifikasi:
Kingdom   : Animalia
Filum         :  Arthropoda
Kelas         :  Insecta
Ordo          :  Lepidoptera
Famili        :  Crambidae
Subfamili   :  Pyraustinae
Genus        : Crocidolomia
Spesies      : Crocidolomia binotalis

Gejala serangan: Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas sawi, sedang kerusakan berat menyebabkan tanaman sawi tidak dapat dipanen.

3.      Hama Potensial
Ø  Ulat tritip (Plutella maculipennis)
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda
Kelas         : Insecta
Ordo          : Lepidoptera
Famili        : Plutellidae
Genus        : Plutella
Spesies      : Plutella maculipennis

Gejala serangan: Daun yang terserang P. Maculipennis  berlubang-lubang kecil dan serangan berat tinggal tulang daun.

4.      Hama Migran
Ø  Phyllotreta vittata
Klasifikasi:
Kingdom   : Animalia
Filum         : Arthropoda
Kelas         : Insecta
Ordo          : Coleoptera
Famili        : Chrysomelidae
Genus        : Phyllotreta
Spesies      : Phyllotreta vittata

Gejala serangan: Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan.


Pembudidayaan dan Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Bawang Putih (Allium sativum) Berdasarkan Standar Opersional Prosedur (SOP)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
            Tanaman bawang putih termasuk tanaman yang sangat menguntungkan di dalam pengolahan, baik dijadikan sebagai bumbu masakan maupun obat-obatan. Kebanyakan bawang putih mempunyai khasiat yang vital bagi kesehatan dan merupakan tanaman yang dapat menunjang kehidupan manusia. Permintaan akan tanaman bawang putih sangat tinggi dan menempati urutan kedua setelah bawang bombai di dunia. Khusus di dalam negeri permintaan tersebut sangat tinggi. Karena areal pertumbuhan bawang putih di Indonesia sangat terbatas maka digunakan cara yang tepat untuk menyesuaikan habitat hidup dari tanaman bawang putih, apalagi di daerah tropis seperti Indonesia yang iklimnya sering berubah-ubah. Produksi bawang putih semakin meningkat sering dengan penanganan pra panen dan pasca panen yang baik dan efisien yang dapat mengurangi kerugian dari hasil tersebut. Hasil umbi bawang putih sangat bervariasi antara 1 hingga 4,5 ton/ha tergantung kepada varietas, kesehatan tanaman dan budidayanya.
Tanaman bawang putih merupakan tanaman yang mudah mengalami kerusakan, sebab memiliki daya tahan yang lemah setelah panen berlangsung. Hal ini disebabkan tanaman bawang putih memiliki reaksi cepat dan mengeluarkan bau yang khas yang mudah menguap bila penanganan pasca panennya tidak sesuai yang diharapkan, seperti : lecet, busuk yang mengeluarkan bau yang tidak enak. Biasanya hasil panen dikeringkan benar untuk menghindari pembusukan setelah menyusut 5 % dari berat sebelumnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran, pengasapan dan pengeringan mekanik dengan menggunakan listik untuk menjaga umur simpan bawang putih tersebut.
 Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi pertanian. Untuk pengendalian OPT, jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan dampak negatif, antara lain terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Memperhatikan pengaruh negatif pestisida tersebut, perlu dicari cara-cara pengendalian yang lebih aman dan akrab lingkungan. Hal ini sesuai konsepsi pengendalian hama terpadu (PHT), bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani.

1.2              Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara pembudidayaan dan pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang putih sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) dari dinas terkait.
















BAB II
ISI

2.1        Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum) adalah sayuran dari anggota kelompok Allium. Bawang putih ini berwarna putih atau putih agak kemerahan, baik kulit maupun daging umbinya. Umbinya terdiri atas beberapa suing yang menjadi satu kesatuan, dibungkus oleh dua sampai tiga lapis kulit umbi. Dalam keadaan kering kulit umbi ini sangat tipis seperti kertas. Umbi-umbi suing tidak terpisah-pisah seperti bawang merah, namun bertumpu pada satu piringan yang disebut diskus (cakram), yang juga tempat tumbuhnya akar bawang putih. Bila pada bawang merah tunas daun mampu menjadi anakan (tunas samping) maka pada bawang putih tunas-tunas tersebut berubah menjadi umbi suing.
Klasifikasi Ilmiah Bawang Putih
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom   : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas        : Liliidae
Ordo                : Liliales
Famili              : Liliaceae (suku bawang-bawangan)
Genus              : Allium
Spesies            : Allium sativum L.
Aroma bawang putih khas karena mengandung minyak eteris yang disebut allecin, bawnag putih dimanfaatkan sebagai bumbu masak yang dapat menyedapkan masakan. Bawang putih selalu tersaji bersama sayuran atau bahan makanan lain sebagai sup, salad, oseng-oseng, omelet, setup, dan saus. Nilai kalori bawang putih sangat tinggi, tetapi kandungan vitaminnya sangat rendah. Berbagai resep masakan sebagi bumbunya selalu menggunakan bawang putih. Tanpa bawnag putih, rasa masakan seolah masih belum sempurna.
Kegunaan lain yang tidak kalah penting adalah keampuhan dalam bidang pengobatan, seperti untuk obat penurunan tekanan darah tinggi, reumatik, sakit gigi, terkena gigitan ular dan lain-lain. semua ini membuat bawnag putih  dibutuhkan langsung oleh konsumen akhir, mulai skala kecil sampai besar (rumah tangga, restoran/hotel, dan industry). Dengan banyaknya manfaat dari umbi bawang putih, maka jenis sayuran ini menyebar dari tempat asalnya yaitu asia tengah ke berbagai Negara diseluruh dunia.
Sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup masyarakat dan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap pentingya nilai gizi, permintaan akan bawang putih terus meningkat. Dalam rangka memenuhi kenutuhan pasar dalam negri dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, perlu dilakukan produksi sesuai dengan norma budaya yang baik dan benar. Oleh sebab itu diperlukan panduan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat digunakan sebagai acuan bagi petani bawang putih.

2.2              Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi adalah memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh bawang putih, untuk mencegah kegagalan proses produksi dan dapat menghasilkan bawang putih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan serta tidak merusak lingkungan.
Tujuannya agar diperoleh lahan yang dapat mendukung produktivitas tanaman bawang putih yang optimal, seperti tanah yang subur dengan lapisan top soil yang cukup, ketersediaan sumber air yang cukup, bukan sumber penyakit tular tanah, drainase baik dan tidak menyalahi kaidah konservasi tanah dan air.
Adapun standar pemilihan lokasi yang sesuai dengan persyaratan tumbuh bawang putih yaitu: Lahan yang digunakan bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili, jika memungkinkan hingga 3 musim tanam. Lahan terbuka, tidak ternaungi sehingga matahari dapat langsung menyinari tanaman. Lahan memiliki ketinggian tempat tumbuh <1.500 mdpl. Kemiringan lahan anjuran kurang dai 30%. Suhu berkisar antara 15oC – 20oC. curah hujan <1.500 mm/tahun, pH tanah: 6,9 - 7,2, sebaiknya tanah berpasir dan gembur.


2.3              Penentuan Waktu Tanam
Penentuan waktu tanam adalah menetapkan waktu tanam yang tepat untuk penanaman bawang putih. Tujuannya agar diperoleh waktu tanamn yang tepat sehingga pertumbuhan tanaman bawang putih optimal.
Standar penentuan waktu tanam: waktu tanam ditentukan berdasarkan perkiraan akhir musim hujan atau pada bulan mei-juni (tersediannya air irigasi). Penanaman sebaiknya pada awal musim kemarau dengan syarat cukup air irigasi.
Prosedur kerja penentuan waktu tanam:
1.      lakukan pengkajian untuk mengetahui saat-saat air tersedia secara alami di alam.
2.      Lakukan pengaturan pola tanam untuk mengetahui saat-saat yang tepat untuk penanaman bawang putih.
3.      Lakukan diskusi dengan pengelola lahan sebelumnya atau masyarakat sekitar lokasi lahan mengenai kebiasaan menanam di lokasi tersebut.
4.      Tentukan waktu tanam yang tepat.
2.4       Penyiapan Lahan
v  Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan adalah memebersihkan lahan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Tujuannya agar diperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, sampah, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman).
Standar pembersihan lahan:
1.      Lahan bersih dari batu-batuan, gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan bawang putih sehingga siap diolah.
2.      Sisa-sisa tanaman dibenamkan, bebatuan dikumpulkan dan dibuang pada tempat tertentu yang aman diluar areal tanam.
      Alat dan bahan:
1.      Parang/sabit untuk memotong dan membersihkan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman muda.
2.      Cangkul untuk membersihkan tanah dari rumput dan tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah.
3.      Keranjang/pikulan untuk mengangkut hasil pembersihan lahan.
      Prosedur kerja pembersihan lahan:
1.      Bersihkan lahan dari batu-batuan, gulma yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda.
2.      Buang kotoran dan sisa-sisa bahan yang telah dibersihkan pada tempat tertentu yang aman.
3.      Bongkar tanaman atau bagian tanaman yang dapat menjadi sumber penyakit.
4.      Kubur/benamkan sisa-sisa gulma atau semak belukar.

v  Pengolahan Tanah, Pembuatan Parit, dan Bedengan.
            Pengolahan tanah, pembuatan parit, dan bedengan adalah membuat lahan pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara mengolah tanah sampai gembur dan rata, membuat parit dan bedengan dengan bentuk membujur atau disesuaikan dengan denah/letak lahan (bila tidak persegi) dan dengan arah datangnya sinar matahari. Tujuannya agar diperoleh media tanam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman bawang putih.
            Standar pengolahan tanah, pembuatan parit, dan bedengan:
1.      Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak tanah sedalam 20-30 cm sampai gembur, pencangkulan/pembajakan tanah dilakukan 2 sampai 3 kali dengan interval waktu rata-rata 1 minggu.